Search

Kartini dari Kacamata Ibu Rumah Tangga: Mama yang Berdaya Melindungi Keluarga

Saat Mama berpikir tentang emansipasi atau Kartini modern, sosok siapa yang terlintas? Apakah seorang perempuan karir yang cerdas, independen, yang menjauhi pekerjaan domestik dan memutuskan tidak menikah? Atau malah seorang ibu rumah tangga yang terpontang-panting di antara cucian, setrika, membesarkan anak, mengurus suami, dan diri sendiri?

Mungkin ada banyak yang dengan cepat menjawab: sosok yang pertama. Bahkan mungkin Mama termasuk salah satu di antaranya. Memang, menjadi ibu rumah tangga sepertinya tidak masuk hitungan sebagai Kartini masa kini, bukan?

Apakah perempuan yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga berarti tidak mewujudkan emansipasi? Mari melihat perspektif emansipasi dari kacamata seorang ibu rumah tangga.

Ibu Rumah Tangga = Tidak Berdaya ?

Saat penat mengurus Si Kecil, melihat rumah berantakan, dalam keadaan paling lelah, pernahkah terbesit pikiran “kangen masa lajang” dalam pikiran Mama? Atau bahkan muncul rasa menyesal karena memilih menikah dan punya anak – tapi tidak berani mengungkapkannya karena takut di-judge?

Beberapa dari kita mungkin tidak ingin mengakuinya, tetapi menjadi ibu rumah tangga itu sangat, sangat sulit.

Menjadi ibu bukanlah perjalanan yang mudah. Jauh lebih mudah menjadi perempuan lajang. Transisi peran dari seorang perempuan yang bebas dan independen, kemudian masuk ke dalam biduk rumah tangga, dan akhirnya memiliki seorang anak, nyatanya bisa membawa dampak yang luar biasa terhadap mental para ibu.

Kerap di tengah-tengah perjalanan itu, Mama menjadi frustasi, kehilangan jati diri, atau istilah jaman sekarang: merasa ‘gelap’. Tak jarang pula, Mama bisa mengalami serangan panik, bahkan depresi.

Jika Mama sedang mengalami fase sulit, percayalah Mama pasti mampu untuk melaluinya. Sebab perempuan pada dasarnya memiliki daya adaptasi yang sangat luar biasa.

Perjalanan Para Mama untuk Menemukan Daya dalam Dirinya

Kali ini, kami merangkum cerita tentang bagaimana beberapa perempuan dalam perjalanan keibuannya berusaha menyeimbangkan antara peran menjadi seorang Mama dan mimpinya sebagai seorang perempuan.

1. Mama Vinna Chilvia, 25 tahun, Ibu Rumah Tangga dengan seorang bayi

Sebelum menjadi ibu rumah tangga, Mama Vinna adalah perempuan yang aktif bekerja dalam dunia pemasaran dan public relation. Kini setelah memiliki seorang putri, ia memutuskan menjadi ibu rumah tangga purna waktu.

“Karena aku sebenarnya tipikal orang yang tidak bisa diam, sempat terlintas keinginan untuk kembali bekerja di kantor atau buka bisnis fashion. Tapi aku sadar bahwa keputusan terbaik saat ini adalah fokus untuk mengurus keluarga dan membesarkan anak secara penuh. Ya mungkin suatu hari aku akan mencoba berbisnis, kalau anak sudah besar.”

Proses adaptasi dari perempuan karir menjadi ibu rumah tangga ternyata juga tidak mudah bagi Vinna, apalagi sejak pindah ke rumah mertua. Tapi dengan mencari kegiatan di rumah seperti memasak, serta membangun komunikasi yang lebih baik dengan suami dan ipar, Vinna berhasil bangkit dari kesepian dan ketidakberdayaan.

kartini masa kini mama berdaya

2. Mama Cherly Juno, 29 tahun, Model/Influencer dengan seorang balita dan tengah hamil

Mama Cherly, yang dikenal sebagai seorang model dan kiprahnya di dunia musik lewat grup vokal Cheribelle, kini menjalani kehidupannya sebagai seorang istri dan ibu. Meski demikian, Cherly menuturkan bahwa ia bukanlah tipe ibu yang bisa diam saja di rumah.

Saat harus banyak tinggal di rumah selama masa pandemi seperti ini, ia berusaha rutin membaca dan mencari informasi di media digital guna memperkaya dirinya dengan ilmu seputar keibuan. Dengan demikian, ia merasa tidak tertinggal dan bisa terus update dengan dunia luar.

Cherly pun mengungkapkan bahwa dukungan dan komunikasi yang baik dengan suami membantunya untuk tetap merasa berdaya. “Aku dan suami selalu berusaha membagi waktu: untuk me time, couple time, dan family time. Saat aku sudah kelelahan menjalankan peran sebagai ibu, pasti aku akan me time, entah pergi ke salon atau kumpul sama teman-teman.”

Melalui cara-cara ini, Cherly tidak pernah merasa terpuruk dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga.

kartini masa kini mama berdaya

3. Mama Rahne Putri, 35 tahun, Wanita Karir dengan seorang anak dan bayi

Mama Rahne adalah seorang ibu dari dua anak yang masih aktif berkarir. Dalam perjalanannya, ia pernah memutuskan untuk berhenti berkarir karena masalah di kantor sering ‘terbawa ke rumah’ dan mempengaruhi hubungan dengan keluarga dan anaknya.

Namun beberapa tahun berselang, Rahne memutuskan kembali melanjutkan ‘passion’ sebagai seorang wanita karir. Bahkan, ia kini mampu menerapkan batas yang sehat antara keluarga dan pekerjaannya.

Meski kerap menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan karir dan mengurus anak, Mama Rahne tidak pernah menyesal dengan gaya motherhood yang dipilihnya.

“Aku nggak pernah merasa kehilangan jati diri sih. Menurutku ibu harus sadar dalam memilih prioritas dan perannya, sehingga mau menerima konsekuensi dari pilihan tersebut. Karena kita selalu punya pilihan.”

Emansipasi Datang Dari Mana?

Beberapa cerita Mama di atas terjadi pada latar belakang, kondisi, dan pilihan yang berbeda-beda. Semua memiliki caranya masing-masing untuk bisa kembali merasa berdaya. Jadi, rasa ingin maju atau emansipasi sesungguhnya datang dari dalam diri Mama sendiri.

Sejatinya seorang ibu rumah tangga juga adalah para Kartini masa kini, yang lembut sekaligus kuat, yang lelah tapi pantang menyerah. Melalui pengabdian yang Mama berikan untuk keluarga, sebenarnya Mama sedang mendidik generasi yang akan datang untuk menjadi Kartini-Kartini berikutnya.

Jika saat ini Mama mungkin merasa penat, hilang arah, dan kehilangan jati diri, ada beberapa tips yang bisa Mama lakukan untuk merasa lebih baik dan tetap berdaya:

1. Sadari bahwa Mama punya pilihan

Ketika Mama berpikir bahwa Mama tidak memiliki pilihan lain daripada apa yang sedang dijalani saat ini, Mama dapat merasa ‘menjadi korban’. Akibatnya Mama tidak enjoy, emosional, stres, dan selalu cemas.

Menyadari bahwa Mama selalu punya pilihan merupakan langkah awal untuk merasa berdaya. Sadari juga bahwa setiap pilihan datang dengan konsekuensi. Dengan demikian, Mama dapat menjadi lebih kuat, optimis, dan positif dalam menjalani konsekuensi dari pilihan yang Mama ambil saat ini.

Misalnya, Mama memilih menjadi ibu rumah tangga agar dapat mengurus anak penuh waktu. Hal ini tentu menyenangkan. Namun di sisi lain Mama harus siap dengan kenyataan bahwa Mama akan memiliki sedikit saja waktu luang tanpa anak.

2. Tentukan tujuan

Saat menjadi seorang Mama, perempuan ‘seolah-olah’ harus meninggalkan mimpi, kebebasan, dan passion-nya demi mengurus keluarga. Mirip seperti poin di atas, pemikiran ini datang dari perspektif korban.

Padahal tidak harus demikian. Mama dapat menentukan tujuan. Apapun tujuan dan mimpi Mama, Mama bisa menjadi ibu terbaik yang menginspirasi anak – generasi berikutnya.

Jika tujuan Mama adalah menjadi ibu rumah tangga, maka jadilah ibu terbaik yang kelak diingat oleh anak-anak sebagai ibu yang penyayang. Jika ingin berbisnis, tentukan kapan Mama dapat memulainya – bahkan tidak masalah jika baru bisa memulainya saat anak sudah besar nanti. Dan jika ingin berkarir, jadilah ibu serba bisa yang berhasil dalam karir dan rumah tangga.

3. Buat prioritas

Ketika sudah menjadi Mama, perempuan cenderung mendahulukan kepentingan anggota keluarga yang lain dibandingkan diri sendiri. Misalnya setelah menidurkan bayi, Mama berencana untuk istirahat dan mandi. Tapi melihat pekerjaan rumah yang bertumpuk, akhirnya Mama malah memasak, memompa ASI, atau beres-beres.

Hal ini sebenarnya tidak salah, sebab Mama mungkin menganggap pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab yang harus diprioritaskan. Namun hati-hatilah jika Mama sering mengabaikan kebutuhan pribadi demi keluarga, hal ini bisa menjadi bom waktu.

Karena itu, Mama perlu membuat skala prioritas, dan jangan lupa masukkan kebutuhan pribadi Mama sebagai salah satu yang juga harus dipenuhi.

Artikel terkait: 7 Cara Menjadi Ibu yang Baik Versi Dirimu Sendiri

4. Temukan dukungan

Selain tiga tips di atas, menjaga hubungan dan komunikasi yang baik dengan pasangan sangat penting Ma. Kehadiran anak seringkali membuat Mama agak dingin dengan pasangan, akhirnya tidak mesra lagi seperti dulu. Padahal, dukungan dari suami sangat berpengaruh pada kesehatan mental Mama dan kebahagiaan rumah tangga.

Menyadari bahwa Mama telah memberikan yang terbaik demi melindungi keluarga juga dapat membuat Mama merasa berdaya. Maka dari itu, Mama’s Choice akan senantiasa mendukung perjalanan keibuan Mama melalui berbagai produk berkualitas yang aman untuk perawatan tubuh Mama dan Si Kecil.

foto: Mama @Ninaseptiani

Di Mama’s Choice, Mama bisa menemukan:

  1. Produk perawatan untuk ibu hamil menyusui: stretch mark cream, minyak pijat, dll.
  2. Produk perawatan bayi: sabun bayi, minyak telon, hingga salep ruam.
  3. Peralatan menyusui: pompa ASI, nipple cream, botol susu anti kolik, dll.
  4. Produk pembersih rumah: baby detergent, sabun cuci botol, dan baby floor cleaner.
  5. Perlengkapan bayi lainnya: teether, bantal kepala, dan masih banyak lagi.

Semua produk perawatan yang kami tawarkan 100% Bebas Toksin, Aman, Natural, dan Halal, sehingga Mama bisa memberikan perlindungan menyeluruh bagi keamanan dan kesehatan keluarga.

Mama Berdaya = Kartini Masa Kini

Jadilah Mama yang sadar dalam memilih yang terbaik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan anak. Apapun pilihannya, Mama tetap bisa menjadi ibu yang berdaya untuk melindungi keluarga dan menginspirasi anak-anak sebagai generasi penerus.

Semoga tulisan ini bisa menyemangati para Mama, terlepas dari keadaan yang tengah dihadapi saat ini.

Selamat Hari Kartini, para Kartini Indonesia!

Baca juga: Cara Mengatasi Kecemasan Saat Hamil

Author Maureen

Maureen

I am a happy & proud millenial mom! Senang belajar dan berbagi ❤

COMMENTS

0 Comments
Leave a comment

Keranjang Anda (0)

Close

Belanja Rp90,000 lagi untuk dapat free ongkir!

Mini Cart

Keranjang belanja Anda kosong.

Shop now
1
0